Habis Gelap Terbitlah
Terang
Identitas
buku:
Judul buku :
Habis Gelap Terbitlah Terang
Penulis :
Armijn Pane
Penerbit :
PT Balai Pustaka (Persero)
Tahun Terbit :
2009
Cetakan :
Cetakan kedua puluh delapan
Tebal buku :
268 halaman
ISBN :
979-407-063-7
Sinopsis buku:
Raden Ajeng Kartini adalah salah satu pahlawan yang
mempelopori kebangkitan perempuan pribumi (emansipasi wanita di Indonesia).
Kartini lahir pada tanggal 28 Rabiulakhir tahun Jawa 1808 (21 April 1879 di
Mayong) Jepara, ia bersekolah di sekolah Belanda di Jepara yaitu ELS (Europanse
Lagere School). Kartini adalah anak kelima dari sebelas bersaudara kandung dan
tiri. Ayahnya bernama Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, seorang patih yang
diangkat menjadi bupati Jepara dan ibunya bernama M.A. Ngasirah, seorang guru
agama di Telukawur, Jepara. R.A. Kartini merupakan cucu dari Bupati Demak yaitu
Pangeran Ario Tjondronegara, yang terkenal suka dengan kemajuan. Semasa Kartini
sekolah, ia merasa bebas namun, sewaktu berumur dua belas tahun ia pun dipaksa
ditutup (dipingit). Orang tua Kartini memang memegang adat memingit dengan
teguh, meskipun dalam hal lain sudah maju. Empat tahun lamanya Kartini memegang
adat memingit dimana ia tidak diperbolehkan keluar-keluar lagi. Selama itu, ia
mulai belajar sendiri dan menulis surat kepada teman-temannya yang berasal dari
Belanda. Pergaulan mereka seolah-olah sudah seperti saudara kandung. Pada
mulanya Nyonya Ovink-Soer yang menjadi tempatnya berlindung sehingga disebutnya
ibu. Nyonya Ovink-Soer selalu membuatnya gembira, dia pulalah yang berdaya
upaya supaya kartini dibebaskan, tetapi dia selalu merasa bimbang mengingat apa
yang terjadi pada Kartini nanti. Sebelum tahun 1895), Nyonya Ovink-Soer pindah
ke Jombang karena suaminya dipindahkan ke sana. Namun, Kartini juga sudah
berkirim surat dengan Nona Zeehandelaar, di negeri Belanda.
Pada saat Kartini sudah berumur enam belas tahun (tahun
1895) saudara permpuannya menikah. Kartinilah yang menjadi tertua saat itu.
Pergaulannya dengan adik-adiknya selama ini terlihat kaku. Pada tahun 1900,
adiknya Rukmini dipingit, Rukmini saat itu berumur empat belas tahun. Pada
tanggal 8 Agustus 1900 Kartini berkenalan dengan Mr. Abandanon, yang datang
berkunjung ke Jepara serta dengan nyonyanya. Disinilah jalan cita-cita Kartini
banyak terbimbing oleh Mr. Abandanon dan istrinya, yang kini menjadi pengganti
dari Nyonya Ovink-Soer. Saat itu Kartini bercita-cita untuk pergi ke negeri
Belanda atau ke Betawi, sekolah dokter. Mr. Abandanon menyarankan supaya
Kartini bersekolah di Betawi agar dapat menjadi guru di sekolah anak gadis yang
akan didirikannya nanti. Atas ajakan Mr. Abandanon dikirim rekes Kartini kepada
pemerintah dan beliau menasehati supaya tidak menunggu balasan rekes tersebut.
Pada akhir tahun 1902, adiknya Kardinah sudah menikah,
hal ini melemahkan Kartini, menjadi salah satu hal yang membuat dia berubah
rohaninya. Lalu antara tanggal 7-24 Juli 1903 diterimanyalah balasan rekesnya
namun ditolak olehnya karena akan menikah dengan Bupati Rembang yaitu K.R.M. Adipati
Ario Singgih Djojo Adhiningrat pada tanggal 12 November 1903. Kemudian tanggal
13 September 1904 anak laki-lakinya lahir, diberinya nama Soesalit
Djojoadhiningrat. Empat hari setelah melahirkan pada tanggal 17 September 1904
Kartini pun meninggal. Makamnya berada di Bulu, dekat Rembang.
Adapula kelebihan dari buku ini yaitu memuat kisah-kisah
inspiratif dari kehidupan R.A. Kartini yang dalam perjuangannya dalam
pendidikan sangatlah besar. Dapat dicontoh dari ketegaran beliau yang
menghadapi kegelisahan dalam hatinya dengan penuh ketegaran. Dalam buku ini,
penulis melampirkan beberapa foto meliputi kediaman Kartini, foto kakek, foto
suami, foto Mr. Abandanon, dan masih banyak lagi yang dapat menambah gambaran
kita seperti apa sosok R.A. Kartini dahulu. Penulis juga memberikan cover buku
ini dengan baik. Adapun juga dibubuhkan contoh-contoh isi surat Kartini dengan
tulisan aslinya namun penulis juga memberikan terjemahan dari isi surat
tersebut sehingga pembaca dapat mudah memahaminya.
Terlepas dari keunggulan buku tersebut, adapula kelemahan
dari buku tersebut yang masih menggunakan ejaan-ejaan yang masih sulit
dimengerti karena menggunakan kata imbuhan –lah dibeberapa kata. Dalam buku ini
juga, masih banyak pengulangan kalimat dalam buku tersebut. Lalu, dalam buku
yang saya baca, terdapat bagian kalimat yang luntur atau tersobek sehingga
terdapat bagian yang hilang dari buku. Di bagian gambar yang dibubuhkan masih
belum terlihat jelas bagaimana bentuk dari rumah dan lingkungan yang ada pada
gambar.
Namun menurut saya buku ini sangat baik untuk dibaca
karna dapat menambah pengetahuan kita betapa pentingnya pendidikan dan
memotivasi kita untuk terus bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Kemudian
bagi perempuan Indonsia sudah sepatutnya berterimakasih dan bersyukur karna
beliaulah kita dapat memenuhi hak kita untuk menuntut ilmu dengan sangat mudah
serta kini kedudukan perempun dan laki-laki sudah tidak dibedakan lagi.
Sumber
http://library.uny.ac.idhttp://uny.ac.id
0 komentar:
Posting Komentar